“Bagaimana bisa kamu mencintai lelaki yang tak sempurna sepertinya?” tanya Ibu. “Jika dia tidak pernah membantu kita, apa mungkin kamu bisa mencintainya seperti saat ini?” tanyanya lagi dan aku yakin menjawab, ya. Aku mencintai segala kekurangannya, berharap suatu saat aku bisa menjadi warna yang bisa mengisi kekosongan di hatinya. “Aku sangat mencintainya, Bu.” Begitu jawabku.
Sejak harga diriku terampas. Perasaanku memang berhenti di dia. Lelaki berkursi roda pemberani yang melindungiku dengan kecerdasannya.
Diam-diam aku menjadi penggemar terberat pengacara muda yang namanya sering muncul di koran ternama itu. Mencintai dari jarak yang dia tak tahu. Mengagumi setiap tingkah dan polah. Mengikuti setiap kasus yang dia bela. Bahkan hampir tiap malam, mulutku tak letih meminta dirinya pada Tuhan.
Dia tahu aku mencintainya. Dia juga pernah berjanji akan menunggu setidaknya sampai aku sukses dan menjadi orang yang dibanggakan.
Demi dia, kuterabas luka yang ada. Berusaha meraih cita-cita demi cinta lelaki yang usianya terpaut jauh denganku.
Sayangnya, tak pernah kuduga jika dia pun berhak mencinta, berhak memilih, juga bermimpi, di saat aku berharap lebih. Aku baru tahu, jika bukan aku wanita yang tersimpan rapi di hatinya.
Begitu banyak hal yang terjadi dalam kehidupannya. Masa lalu keluarganya dan kisah cintanya yang belum usai dengan seorang perempuan bermata indah bernama Maria.
Lantas, apa mungkin aku masih bisa berharap memiliki separuh rasa yang dia janjikan padaku atau memilih untuk diam selamanya.
1 review for Separuh Asa untuk Asya
There are no reviews yet.